💥Mengubah
Sudut Pandang💥
Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak
laki-laki.Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah
ditanganinya sendiri. Suami serta anak-anaknya menghargai pengabdiannya itu.
Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di
rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara
melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung
seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali
terjadi dan menyiksanya. Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang
psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah
mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum
& berkata kepada sang ibu :
"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya.
"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu
merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang
dilihatnya.
Virginia Satir melanjutkan;
"Itu
artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak,
tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong
tanpa orang-orang yang ibu kasihi".
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang.
Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.
"Sekarang
lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana,
artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada
bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman
dengan visualisasi tsb.
"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi kekhawatiran buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh
soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu,
keluarga yg dikasihinya ada di rumah.
Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir
adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John
Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Dan teknik yang dipakainya
di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya
negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut
pandangnya.
Saya BERSYUKUR :
1. Untuk
istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya
ia bersamaku bukan dengan orang lain.
2.
Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV,
karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat
mesum.
3.
Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal,
karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.
4. Untuk
Tagihan Pajak yang cukup besar, itu berarti syukur Allah memberikan rezeki utk
kita berpenghasilan.
5. Untuk
sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya
keluarga kami dikelilingi banyak teman.
6.
Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya
saya cukup makan.
7.
Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari,
karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.
8.
Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah,
karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat.
9. Untuk
bunyi alarm keras jam 4.30 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya
masih bisa terbangun, masih hidup.
10. Untuk
yang memposting broadcast panjang dan 'mengganggu' ini artinya masih ada orang
Baik yang mau berbagi Nasihat dan CINTA kepada kita.....