GAUN PENGANTIN
Mata Tias tak mau beranjak dari gaun pengantin yang sedari tadi dipandanginya. Andai saja saat ini ia tidak sedang buru-buru mungkin ia masih tetap berada di butik milik temannya itu. “Ayolah sayang kita masih harus mengecek gedung dulu, bukankah kamu sudah pilih baju pengantin?”, ucap Uki sambil menarik tangan Tias menuju pintu keluar.
“Aku mau gaun pengantin yang di butik Unzi tadi, gaunnya sangat indah. Aku suka” ucap Tias sambil mengambil gelas yang berisi jus alpukat dihadapannya. “Apa?? bukankah kamu sudah memesan gaun pengantin dari tante Ana? apa jadinya kalau kamu membatalkannya? pasti ia sangat tersinggung. Tak bisakah kamu sedikit berpikir dewasa atau paling tidak cobalah
menghargai orang lain” jawab Uki dengan nada tinggi.
Suasana hening sejenak. Kemudian Uki kembali membuka suara, “Aku sudah menunggumu sejak
tiga tahun lalu sayang. Aku berusaha menjadi apa yang kamu inginkan, membatalkan meeting hanya demi nemenin kamu nonton, membelikanmu hp model terbaru, mengerjakan tugas kuliahmu, bahkan aku menungguimu saat di salon, aku…”
“Jadi kamu tidak ikhlas melakukan itu semua? Ohh atau jangan-jangan kamu mau minta ganti rugi ya” sergah Tias.
“Bukan begitu, tapi berubahlah sedikit jangan egois seperti ini terus. Ada kalanya aku lelah memahamimu”.
*****
Kriiiiing… Tias mencari-cari hp yang hilang ditelan selimut berantakan di ranjangnya. Terlihat juga beberapa gumpalan tisu berserakan, dengan susah payah ia menemukan hp nya kemudian mengangkat telepon dari Uki. Beberapa saat setelah berbicara dengan Uki ditelepon badan Tias mendadak lemas, hampir pingsan.
Ternyata Uki telah setuju membatalkan pernikahannya, bahkan ia akan segera menemui orangtuanya untuk membicarakan masalah ini.
Seminggu sejak kejadian pembatalan pernikahan itu Uki tak pernah lagi menghubunginya.
Sampai pada suatu sore seseorang datang ke rumah dengan membawa sepucuk undangan. Tias kenal betul undangan tersebut, itu adalah undangan yang ia pilih untuk pernikahannya dengan Uki. Tidak salah lagi, warna dan bentuk kertasnya pun sama, dengan tergesa Tias membuka undangan itu.
Matanya membelalak seketika melihat nama yang tertera diundangan tersebut, Uki Hermawan & Unzilla Nur Oktavia. Hati Tias hancur berkeping-keping bahkan mungkin menjadi debu-debu halus yang terbang dibawa angin kemudian hilang di udara.
******
Dengan sangat terpaksa Tias menghadiri pesta pernikahan Uki dan sahabatnya-Unzi. Jika tidak hadir tentu Tias tidak enak hati dengan orang tua Uki.
Setelah sampai di tempat hajatan sekali lagi Tias dibuat kaget dengan penampilan sang pengantin, Unzi memakai baju pengantin pesanannya dari tante Ana. Kenapa bisa pas begitu? Kenapa Unzi gak pakai baju rancangannya sendiri yang dipajang di butik itu? Ah masih banyak sekali hal-hal yang Tias tak mengerti.
Tanpa ia sadari Uki menghampirinya, jantung Tias berdetak lebih cepat saat mantan tunangannya itu semakin dekat. Uki tersenyum, “mungkin kita bukan jodoh ya, aku gak ingin semua yang telah lama kupersiapkan terbuang sia-sia. Aku tahu sebenarnya kamu tidak begitu cinta denganku dan aku juga tak ingin memaksamu lagi, jadi setelah kamu membatalkan pernikahan kita, aku berusaha mencari pengganti mu. Dan tak kusangka Unzi lah orangnya. Dia mau menerimaku apa adanya”.
Tias tidak dapat lagi membendung perasaannya, ia berlari meninggalkan pesta. Ia tak peduli dengan puluhan pasang mata yang menatap iba kearahnya saat ini. Ia terus berlari dengan membawa sejuta luka dan penyesalan.
Selesai
23/09/2014
Melisa Ripqi